Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Kemajuan Musik Digital dan Pengaruhnya pada Generasi Muda Saat Ini

Musik Digital 


Pengertian Musik Digital

    Digital Music (Musik Digital) adalah reproduksi suara dari sinyal digital yang telah dirobah ke asalnya menjadi sinyal analog. Maraknya peralihan teknologi analog ke digital tidak hanya berlaku pada dunia telekomunikasi dan media cetak, tetapi juga pada media siaran dan rekaman (audio) termasuk musik digital. Dengan adanya peralihan tersebut dipercaya dapat mempermudah sekaligus mempersingkat cara kerja dan waktu pengguna. Sebelum mencuatnya musik digital, lebih dulu dikenal yang namanya musik analog yang tentunya dihasilkan oleh rekaman analog. Media suara rekaman analog memang sedikit lebih rumit serta prosesnya yang memakan waktu yang lebih panjang. Sound system yang merupakan media audio analog terdiri atas berbagai perabotan reproduksi audio atau suara seperti microphone, kaset (tape) recorder, mixer, speaker monitor, amplifier, atau tambahan lainnya. Sedangkan media suara rekaman digital merupakan salah satu hasil final dari berbagai proses dokumentasi atau penyimpanan dan perpindahan informasi dengan cara digital. Dapat juga dikatakan sebagai rupa dari media elektronik dimana file audio yang menjadi objek telah disimpan dalam format digital. Sesuai dengan perubahan dari kemajuan teknologi tersebut maka muncul pula musik jenis digital yang kini banyak dikenal oleh kalangan masyarakat. Dari proses rekaman baik secara analog maupun digital, maka terciptalah yang namanya musik. 
    Musik sendiri merupakan perpaduan suara yang disusun sedemikian rupa hingga menyimpan irama, lagu, serta keselarasan harmoni terutama audio atau suara yang dihasilkan oleh beberapa alat penghasil irama. Musik juga dapat dikatakan sebagai seni bunyi yang meliputi segala suara. Musik tidak semata berkaitan dengan instrumental, tetapi juga dengan kegiatan vokal (Masduki, 2004).
    Musik digital merupakan musik komersial yang dapat diakses dan dinikmati dengan menggunakan teknologi digital, (Malau, 2012), sehingga khalayak atau para penikmat musik dapat menikmati dan mengakses berbagai musik yang ingin mereka dengar dengan lebih mudah dan efisien karena mereka hanya tinggal menggunakan teknologi internet untuk mendapatkannya. Proses rekaman dengan mengandalkan rekaman digital menggunakan alat musik asli secara terpisah seperti gitar akustik, drum dan lain-lain. Kemudian dilakukan penggabungan atau mixing untuk harmonisasi musik memakai software yang tersedia seperti Music Instrument Digital Interface atau Adobe Audition. Musik digital kini dapat dibuat bahkan jauh lebih jernih daripada alat musik yang sebenarnya, tapi harus melalui berbagai tahapan rumit.
    Banyak contoh musik digital era sekarang yang berformat MP3, WMA, Audio CD, yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi mereka yang hobi mendengarkan musik. Selain Audio CD, MP3, dan WMA, ada juga berbagai macam format musik digital lainnya seperti AAC, WAV, Real Audio, MIDI, dan Ogg Vorbis. Dengan hadirnya berbagai format musik digital secara tidak sadar telah mengubah kebiasaan manusia dalam mendengarkan musik kesukaan. Jika biasanya mendengarkan musik melalui media berupa CD dan CD player maka kini cukup hanya mengunduh lewat internet dengan berbagai format seperti MP3, AAC, dan WMA, lalu disimpan ke dalam perangkat canggih seperti komputer, iPod, PC tablet, dan smartphone. Tentu jauh lebih mudah dan nyaman serta dapat didengarkan dimana saja tanpa harus bersusah-susah memakai CD player. Perlahan namun pasti musik digital dengan berbagai format tersebut sudah menggantikan posisi musik berbentuk CD termasuk di Indonesia. Sekaligus menjadi tradisi baru masyarakat dalam mendengarkan musik.

Sejarah Perkembangan Musik Digital


  • Tahun 1991, Para peneliti dari "The fraunhofer Institute" berhasil menciptakan sebuah kompresi file MP3.  Jadi sebenarnya apa itu MP3 ? MP3 sendiri merupakan kependekan dari MPEG Audio Layer III. dan MPEG sendiri merupakan kependekan dari Motion Pictres Expert Group yang merupakan sebuah standar dalam penampilan video dan audio menggunakan lossy compression.
  • Tahun 1997, MP3.com sebuah layanan berbagi musik diluncurkan.
  • Tahun 1998,di Amerika Serikat. The Digital Millennium Copyright Act (DMCA)  sebuah badan yang melindungi karya cipta dalam bentuk elektronik memberikan hukuman yang lebih keras kepada siapa yang melakukan file-sharing terhadap barang yang memiliki hak cipta.
  • September 1998, Fraunhofer telah memulai tindakan penegakan terhadap hak Paten MP3 miliknya.
  • Februari 1999, Sebuah perusahaan rekaman yang bernama SubPop menjadi perusahaan pertama yang mendistribusikan produk musiknya dalam bentuk format MP3.
  • Juni 1999, Napster, sebuah layanan sharing menggunakan teknologi peer-to-peer diterbitkan.
  • Tahun 2000, KaZaA dan Gnutella diluncurkan keduanya merupakan sebuah layanan File-Sharing.
  • Tahun 2001, Gelombang pertama dari layanan subscribe legal diresmikan, layanan ini meliputi Rhapsody, Pressplay, dan MusicNet. Sementara itu Apple meluncurkan iPod. Dimana, model iPod pertamanya mampu melakukan penyimpanan sebesar 5 GB untuk musik (sekitar 1000 lagu). Pada saat tahun bersamaan juga Shazam sebuah layanan pengenalan Mobile music diluncurkan.
  • Tahun 2002, Last.fm dibuka di Inggris sebagi layanan servis.
  • Tahun 2003, iTunes music store dibuka untuk bisnis di Amerika.
  • Tahun 2004, Rangking musik berdasarkan download hadir secara resmi di Inggris, dengan westlife-Flying without wings berada di urutan pertama. Pada masa ini sekitar 250.000 penjualan secara download terjadi di Inggris. Jumlah ini mengalahkan penjualan dalam bentuk fisik. iTunes akhirnya mencoba peruntungan di Inggris setelah tahun 2003 dibuka di Amerika dengan amunisi utama yaitu tersedianya sekitar 1 juta lagu.
  • Tahun 2005, Apple berhasil mencatatkan rekor 500 juta penjualan melalui iTunes, dan 30 juta penjualan melalui iPod. Pada tahun yang sama juga iTunes telah menjual 3 juta download untuk video yang mereka sediakan.
  • Tahun 2006, Microsoft meluncurkan portable media player yang bernama Zune di Amerika.
  1. eMusic mengumumkan bahwa mereka menjual 100 juta track lagu.
  2. lebih dari  52.5 juta lagu terjual di Inggris. 78% diantaranya merupakan versi  digital.
  • Tahun 2007 :
  1. iPhone secara resmi diluncurkan, dan dalam 2 hari telah terjual 270.000 buah.
  2. iTunes menawarkan layanan DRM (Digital Rights Management) agar bisa berbagi lagu antar perangkat secara mudah.
  3. Shazam mengklaim memiliki 11 juta pengguna unik.
  •  Tahun 2008 :
  1. MySpace music terbit di Amerika.
  2. iPhone 3G dan App store diluncurkan. Dalam 1 minggu iPhone tersebut terjual 1 juta.
  3. Amazon MP3 download lahir di Inggris.
  4. Spotify layanan streaming musik versi beta muncul.
  •  Tahun 2009 :
  1. iTunes mengumumkan secara penuh untuk penggunaan  DRM-free dan variabel pricing.
  2. Spotify diterbitkan secara resmi di Inggris, dan pada akhir tahun 2009 penggunanya telah mencapai 7 juta pengguna.
  •  Tahun 2010 :
  1. pada bulan Juli, telah tercatat 500 juta penjualan untuk album digital. 
  2. Lagu i Gotta feeling yang dibawakan oleh Black Eyed Peas mencatat rekor sebagai lagu pertama yang mencapai 1 juta download.
  3. Apple mengumumkan telah mencapai 10 miliar download lagu yang terjadi di iTunes.
  • Tahun 2011 :
  1. Vevo diluncurkan di Inggris pada bulan Juli. Sedangkan di Amerika sudah ada sejak tahun 2009.
  2. 20% dari penduduk telah melakukan download secara resmi.
  3. Spotify mengumumkan bahwa mereka memiliki 10 juta pengguna di Eropa. dimana 3 jutanya merupakan premium users.
  • Tahun 2012 : 
    1. Lebih dari 30 juta album dijual secara digital.
    2. Gangnam style menjadi video yang paling banyak di tonton. dan Mencapai 1 miliar penonton di Youtube.
    • Tahun 2013: 
      1. Setiap bulannya terdapat 1 miliar penonton di Youtube.
      2. di Bulan Agustus, Google meluncurkan Google Music Play.
      •  Tahun 2014:
        1. Apple membeli Beats music dengan harga $3 miliar dolar Amerika.
        2. Pada bulan Oktober Youtube mengumumkan bahwa lebih dari setengah penggunanya berasal dari pengguna perangkat mobile.
        • Tahun 2015:
          1. Pengguna Apple music mencapai 10 juta pengguna.
          2. Pada awal-awal juni Apple music mencapai 15 juta pengguna. Dilain pihak spotify mencapai 100 juta pengguna aktif tiap bulannya.

          Dampak Positif Aplikasi Streaming Musik pada Generasi Muda Saat ini




              Akhir-akhir ini bermunculan berbagai aplikasi streaming musik yang diluncurkan oleh berbagai vendor. Beberapa di antaranya adalah Spotify, Joox, Apple Music, Guvera, dan masih banyak lagi. Penyedia aplikasi-aplikasi tersebut biasanya bekerja sama dengan para musisi dari berbagai pihak label rekaman untuk mengisi konten yang tersedia di aplikasi.

          Munculnya berbagai aplikasi ini tentunya memberikan dampak bagi berbagai pihak yang terlibat dalam aplikasi ini. Bagi penyedia aplikasi, keuntungan yang didapatkan tentu cukup besar mengingat pengguna aplikasi streaming ini semakin lama semakin meningkat.

          Bagi para musisi, aplikasi streaming musik ini menjadi salah satu media untuk mendistribusikan karya mereka. Sedangkan bagi para pengguna, aplikasi seperti ini sangat mempermudah mereka dalam mendapatkan hiburan di mana pun dan kapan pun.

          Sebelum adanya aplikasi-aplikasi streaming musik tersebut, banyak orang yang mendengarkan lagu secara ilegal, yaitu dengan mengunduh karya-karya musisi tersebut secara gratis dari berbagai situs di Internet yang tidak jelas.

          Kecenderungan orang untuk memilih sesuatu yang gratis menjadi penyebab utama hal ini. Hal tersebut termasuk dalam bentuk pembajakan dan tentunya sangat merugikan industri musik yang ada.

          Hasil riset dari IP Awareness Foundation yang dirilis pada bulan Oktober tahun lalu menunjukkan penurunan angka pembajakan sebesar 29 persen dibanding tahun 2014. Sedangkan hasil penelitian dari NPD (National Purchase Diary) menunjukkan bahwa angka pembajakan di AS turun sebesar 32 persen pada tahun 2012.

          Pembajakan turun karena berbagai faktor, salah satunya adalah munculnya aplikasi-aplikasi streaming ini. Banyak penikmat musik yang beralih ke aplikasi ini karena selain lebih fleksibel, aplikasi-aplikasi ini menyediakan layanan gratis dan berbayar yang dapat dikatakan murah jika dibandingkan dengan album fisik dari para musisi.

          Selain itu, para pengguna juga merasa lebih puas mendengarkan musik dari aplikasi ini karena legal. Hal ini menyebabkan meningkatnya kesadaran penikmat musik untuk mengapresiasi karya musisi dengan cara memberi kompensasi untuk musisi tersebut.

          Dampak Negatif Musik pada Generasi Muda Saat ini


              Sulit untuk mengatakan bahwa musik tidak memengaruhi anak muda. Banyak dampak yang bisa diberikan musik, baik dampak yang positif maupun negatif. Namun, tampaknya para orang tua akan selalu menyalahkan bintang-bintang pop favorit anaknya atas dampak negatif yang bisa mereka tiru.

          Para artis dari Elvis hingga oppa-oppa KPop selalu menjadi kambing hitam atas penggunaan narkoba, satanisme, perilaku memberontak, dsb. Walaupun demikian, belum ada penelitian ilmiah yang dapat membenarkan tuduhan ini. Tentu saja, seperti judul artikel di atas, dampak negatif musik akan selalu ada dan berbeda-beda di setiap masanya.

          Banyak penelitian ilmiah yang telah membuktikan dampak-dampak buruk ini. Berikut 7 dampak negatif, baik dari mendengarkan musik maupun menggemari musisi itu sendiri.

          1. Para bintang pop mendukung produk yang tidak sehat

              Mungkin Kanye West dan Katy Perry tidak benar-benar membujukmu ke gaya hidup hedonisme dan pesta pora. Mereka hanya tahu apa cara yang bagus untuk menjual lagu mereka. Lagu memang tidak pernah menyakiti siapa pun, tetapi tidak dengan junk food, karena sebagian besar bintang pop sama-sama gemar mempromosikan hal ini juga.

          Sebuah studi yang dilakukan oleh New York School of Medicine, yang memeriksa semua dukungan produk oleh bintang-bintang pop ternama antara tahun 2000 dan 2014, menunjukkan hasil yang mengejutkan dalam temuannya. Perusahaan makanan dan minuman menghabiskan sekitar 2 miliar dolar per tahun untuk iklan yang secara khusus menargetkan kaum muda.

          Endorse dari satu selebriti rata-rata mencapai lebih dari 1 juta dolar, yang menunjukkan bahwa mereka sangat penting bagi para pengiklan. Juga, sebagian besar produk yang diiklankan adalah makanan berkalori tinggi, minuman ringan, atau produk makanan "miskin gizi". Oleh karena itu, jangan kaget jika ada peningkatan pada obesitas anak dan remaja selama rentang periode waktu ini.

          Tahun 1999-2012, peneliti Wake Forest yang berfokus pada studi anak-anak dan remaja, dan University of North Carolina menyimpulkan bahwa semua kelas obesitas telah meningkat selama 14 tahun terakhir.

          Kabar buruknya, masih ada kecenderungan peningkatan bentuk obesitas yang lebih parah dan diperlukan penyelidikan lebih lanjut tentang penyebab dan solusi untuk masalah ini.

          2. Mendengarkan musik terlalu keras dapat meningkatkan kerusakan pendengaran

          Sebagian remaja memang lebih suka menyetel musik mereka dengan keras, dan baru-baru ini perangkat musik portabel dikalim dapat menyebabkan kerusakan permanen pada pendengaran mereka.

          Menurut sebuah studi oleh Departemen Psikologi, Neuroscience, dan Perilaku McMaster di Kanada, saat ini semakin banyak remaja yang terlibat dalam kebiasaan yang berisiko ini, sebagian besar karena tren untuk menutup dunia luar dengan memakai earbud semakin meningkat.

          Seperempat dari 170 anak yang disurvei untuk penelitian mengalami gejala tinnitus onset dini (dering kronis yang tak henti-hentinya di telinga) yang biasanya tidak muncul pada orang dewasa sampai usia 50 tahun.

          Meskipun tinnitus dapat bersifat sementara (seperti setelah konser musik), tipe yang disertai dengan kepekaan terhadap suara keras seperti yang dilaporkan oleh anak-anak dalam penelitian ini, adalah tanda kerusakan saraf pendengaran dan kemungkinan mengalami kerusakan pendengaran permanen dalam prosesnya.

          Larry Roberts, penulis studi ini, mengadvokasi kampanye yang mirip dengan upaya anti-merokok untuk mengeluarkan pesan tentang masalah ini. Pesan itu adalah untuk "mengecilkan volume musik," karena satu-satunya obat untuk tinnitus adalah pencegahan sedari awal.
          Sebagian remaja memang lebih suka menyetel musik mereka dengan keras, dan baru-baru ini perangkat musik portabel dikalim dapat menyebabkan kerusakan permanen pada pendengaran mereka.

          Menurut sebuah studi oleh Departemen Psikologi, Neuroscience, dan Perilaku McMaster di Kanada, saat ini semakin banyak remaja yang terlibat dalam kebiasaan yang berisiko ini, sebagian besar karena tren untuk menutup dunia luar dengan memakai earbud semakin meningkat.

          Seperempat dari 170 anak yang disurvei untuk penelitian mengalami gejala tinnitus onset dini (dering kronis yang tak henti-hentinya di telinga) yang biasanya tidak muncul pada orang dewasa sampai usia 50 tahun.

          Meskipun tinnitus dapat bersifat sementara (seperti setelah konser musik), tipe yang disertai dengan kepekaan terhadap suara keras seperti yang dilaporkan oleh anak-anak dalam penelitian ini, adalah tanda kerusakan saraf pendengaran dan kemungkinan mengalami kerusakan pendengaran permanen dalam prosesnya.

          Larry Roberts, penulis studi ini, mengadvokasi kampanye yang mirip dengan upaya anti-merokok untuk mengeluarkan pesan tentang masalah ini. Pesan itu adalah untuk "mengecilkan volume musik," karena satu-satunya obat untuk tinnitus adalah pencegahan sedari awal.

          3. Musik sedih dapat menyebabkan kegelisahan dan neurosis

          Peneliti Finlandia sangat tertarik pada efek musik pada otak, setelah melakukan beberapa penelitian selama satu dekade terakhir yang menunjukkan bahwa emosi dapat diatur secara efektif dengan penggunaan musik dalam terapi.

          Sebuah studi pada tahun 2015 dilakukan untuk lebih memahami, apakah mendengarkan musik sendiri dapat menjadi bentuk dari "pengaturan diri".

          Dari sebuah temuan, disimpulkan bahwa mendengarkan musik sedih sepanjang waktu memang dapat memiliki efek negatif pada kesehatan mental. Mereka mencapai kesimpulan ini dengan memaparkan subjek pada musik dari berbagai genre saat menjalani pengujian MRI, memeriksa area otak mana yang diaktifkan, dan menindaklanjuti dengan pengujian psikologis.

          Sebuah studi berbeda dilakukan oleh banyak peneliti yang sama berfokus secara khusus pada lirik, membandingkan reaksi subyek terhadap musik bahagia dan sedih, dengan dan tanpa lirik.

          Temuan mereka sangatlah sederhana: musik bahagia membuat kamu bahagia, dan musik sedih membuat kamu sedih, tetapi musik bahagia dengan lirik bahagia membuat kamu lebih bahagia, dan musik sedih dengan lirik sedih membuat kamu lebih sedih, bahkan mungkin berkontribusi pada masalah emosional.

          4. Mendengarkan musik dapat mengganggu konsentrasi

          Dalam sebuah studi dari University of Wales, para peneliti memeriksa kemampuan subjek untuk mengingat informasi sambil mendengarkan berbagai jenis suara. Lima kondisi berbeda digunakan: kesunyian, musik yang disukai subjek, musik yang tidak disukai subjek, suara yang mengulang angka acak, dan suara yang mengulang angka tiga.

          Bagaimanapun, subjek ditemukan memiliki kinerja yang paling buruk ketika mendengarkan musik, baik yang disukai atau tidak. Mereka melakukan yang terbaik dalam kondisi sunyi, dan saat mendengarkan suara yang mengulang angka tiga. Para penulis berspekulasi bahwa perubahan notes dan frasa dalam lagu dapat memengaruhi secara negatif kemampuan untuk mengingat hal-hal secara berurutan.

          Kalian mungkin mengingat sesuatu yang disebut "Efek Mozart," sebuah istilah yang diciptakan oleh penelitian serupa pada 1990-an, yang menyarankan bahwa beberapa jenis musik dapat meningkatkan konsentrasi. Namun, penelitian selanjutnya masih belum membenarkan kesimpulan ini.

          5. Mendengarkan musik saat mengemudi dapat menimbulkan kecelakaan

          Ada sebuah anekdot bahwa siapa saja yang pernah menghindari tabrakan pasti sedang mendengarkan lagu-lagu Phil Collins. Ada beberapa ilmu yang cukup meyakinkan untuk mendukung pendapat ini. Pada tahun 2004, sebuah tim dari Kanada melihat waktu reaksi pada subjek di lingkungan yang bising, dan perlahan-lahan meningkatkan tingkat kebisingan.

          Mereka menemukan bahwa pada 95 desibel—jauh di bawah rata-rata maksimum stereo mobil, 110 desibel—waktu reaksi berkurang sebanyak 20 persen, persentase yang sangat signifikan ketika mengoperasikan kendaraan pada kecepatan tinggi.

          Pada tahun 2013, para ilmuwan Universitas Ben-Gurion melakukan tes serupa di jalan, dengan fokus yang lebih spesifik. Pengemudi remaja yang baru lulus kursus mengendarai kendaraan siswa sambil mendengarkan musik favorit mereka di tingkat yang nyaman.

          Mungkin mengejutkan saat mengetahui bahwa 98 persen dari remaja ini membuat rata-rata tiga kesalahan, dengan 20 persen di antaranya membutuhkan bantuan kemudi atau pengereman untuk menghindari tabrakan.

          Bahkan banyak kasus pengemudi yang menambah laju kendaraan dan melakukan pelanggaran lalu lintas, gara-gara mendengar musik bertempo cepat seperti American Idiot dan Mr. Brightside.

          Hal ini membenarkan temuan penelitian yang melibatkan berbagai jenis musik dalam perjalanan yang panjang, meskipun studi ini menunjukkan bahwa lagu rock yang lembut dan ringan seperti Stairway to Heaven mungkin lebih aman untuk didengarkan saat berkendara.

          6. Musik dapat mempengaruhi kehidupan seksualmu

          Sebuah penelitian tahun 2006 terhadap hampir 1.500 remaja mengungkapkan, bahwa remaja yang suka mendengarkan musik yang menampilkan subjek sekssual lebih cenderung untuk memulai hubungan seks lebih awal daripada mereka yang tidak, dengan selisih hampir dua banding satu.

          Para penulis penelitian menemukan bahwa pesan seksual meresap dalam musik seperti itu, yaitu pesan tentang pria yang bebas, riang dan patuh, serta wanita sebagai objek seks. Hal ini diperkuat bahkan saat lagu itu tidak didengarkan secara saksama. Mereka berpendapat bahwa lagu sejenis itu benar-benar menghambat dan membuat remaja menjadi kurang bijaksana dalam hal keputusan mereka.

          Sebuah studi setelahnya dari pencitraan dalam video, yang berfokus pada wanita remaja dan gadis yang lebih muda, mengkonfirmasi kemungkinan bahwa seringnya pemaparan citra seksual dalam lagu tidak hanya memengaruhi bagaimana anak perempuan melihat diri mereka sendiri, tetapi juga dapat benar-benar mempengaruhi kemampuan mereka untuk memiliki hubungan yang sehat.

          Rekan penulis studi Stacey Hust dari Edward R. Murrow College of Communication mengatakan, pada dasarnya ketika wanita memahami skrip heteroseksual yang ada di media, hal itu dapat memengaruhi atau memberi tahu bagaimana pria dan wanita harus bersikap terhadap satu sama lain.

          7. Mendengarkan lagu tentang penuaan bisa membuatmu mati lebih cepat

          Hal ini mungkin menjadi satu-satunya studi yang paling sulit untuk dilakukan. Peneliti dari Universitas Anglia Rustin di Cambridge, Inggris, menganalisis 76 lagu yang memunculkan topik penuaan. Ditemukan bahwa sentimen rata-rata yang diekspresikan terhadap subjek sangat negatif, karena menjadi tua umumnya diasosiasikan dengan konsep-konsep yang menyedihkan seperti kelemahan, ketergantungan, kesepian, dan kematian.

          Hal ini mendorong penulis utama studi, Jacinta Kelly, untuk mengamati bahwa kepahitan semacam ini sengaja dipromosikan atau disampaikan. Hal ini tidak bisa dianggap sepele, karena kita dapat menyerap hal-hal negatif dari hal semacam ini dan bisa memberikan konsekuensi yang buruk bagi kesehatan.
          Pengamatan ini telah dikonfirmasi oleh penelitian serupa yang menunjukkan bahwa stereotip tentang penuaan dalam budaya populer dapat memiliki efek menumbuhkan sikap negatif terhadap proses menjadi lansia dapat membuat penyakit menjadi berkepanjangan dan kesehatan menjadi lebih buruk. Hal tersebut bahkan berkontribusi terhadap penurunan dalam kegiatan sosial dan keengganan untuk mencari bantuan medis.

          Nah itu tadi 7 dampak negatif, baik dari mendengarkan musik maupun menggemari musisi itu sendiri. Musik memang menyenangkan karena bisa mewarnai hari-hari yang membosankan, tetapi kamu juga perlu hati-hati, jangan sampai musik malah memberikan efek negatif pada kesehatan jiwa dan mentalmu.

                  Post a Comment for "Kemajuan Musik Digital dan Pengaruhnya pada Generasi Muda Saat Ini"